Sabtu, 30 Maret 2013

CMYK


CMYK adalah warna yang dihasilkan dengan mencampur prosentase dari keempat elemen (Cyan, Magenta, Yellow, dan Black). Warna terang dapat dilihat dengan sedikitnya prosentase elemen gelap yang dicampurkan. Contohnya warna merah terang dapat dihasilkan dengan mencampurkan 2% cyan, 93% magenta, 90% yellow, dan 0% black. Dalam image CMYK warna putih dihasilkan jika semua campuran warna adalah 0%. Seperti contoh dibawah ini :



Warna CMYK digunakan oleh media cetak seperti print out, tinta, majalah, dan lain sebagainya. Warna ini dihasilkan dengan mencampur kombinasi keempat jenis warna dasar tersebut. Model CMYK didasari oleh jumlah cahaya yang diserap oleh tinta yang tercetak pada sebuah kertas. Ketika sebuah cahaya putih mengenai sebuah permukaan, maka spectrum warna tertentu akan terserap (Subtract), dimana spectrum warna lainnya terpantulkan. Dengan alasan inilah CMYK disebut sebagai warna subtraksi.


Berbeda dengan RGB yang mengasilkan warna dengan mengkombinasikan 0 – 255 tingkat intensitas cahaya. CMYK menghasilkan warna dengan mencampurkan prosentase tinta (0 sampai dengan 100%) untuk menghasilkan kombinasi warna lain. Oleh karena itu printer yang menggunakan 4 jenis tinta tidak dapat menghasikan warna yang sama dengan yang ada pada monitor/LCD komputer. Kombinasinya hanya 100 x 100 x 100 x 100 = 10 juta warna. Perbedaan warna ini disebut dengan perbedaan Gamut. Jika ingin hasilnya semirip mungkin dengan monitor atau LCD, gunakan printer yang bersistem CcMmYK (6 tinta warna + 1 hitam).

Ketiga warna (Cyan, Magenta, dan Yellow) dicampurkan, maka akan menghasilkan warna hitam. Tetapi setiap peralatan cetak memiliki ketidak murnian warna, maka warna hitam (black) akan dicampurkan.  Soalnya, Cyan, Magenta, dan Yellow jika dicampurkan akan menghasilkan warna coklat gelap bukan hitam pekat.

Sumber :
Erik Reinhard, Erum Arif Khan, Ahmed Oguz Akyüz, &Garrett M. Johnson (2008). Color Imaging: Fundamental & Applications, A.K Peters Ltd

RGB


RGB adalah salah satu sistem warna yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan hampir setiap hari juga kita melihat atau menggunakan sistem warna ini tanpa kita sadari. Masih belum paham? Coba perhatikan disekeliling yang menggunakan monitor. Baik itu TV, monitor komputer, tablet PC, ataupun LCD. Hampir semua peralatan yang menampilkan graphic display (gambar hidup) menggunakan sistem warna RGB.


RGB adalah sistem warna yang menggunakan 3 warna dasar yang dikombinasikan nyala dan intensitas terangnya sehingga menghasilkan warna lain. Bayangkan kita memiliki 3 buah lampu. Merah, biru, dan hijau. Ada banyak warna yang dapat dihasilkan dengan mencampur spectrum tampak dari warna Merah (R), biru (B), dan hijau (G). Ketika warna-warna tersebut bercampur, akan menghasilkan warna sekunder. RGB juga disebut sebagai warna aditiv. Warna aditiv adalah warna yang dihasilkan dengan mencampur spectrum warna dengan berbagai macam kombinasi.

Mencampur semua warna RGB akan menghasilkan warna putih. Warna aditiv ini digunakan pada peralatan pencahayaan, video, dan, monitor. Jika kita menyalakan lampu merah dan diarahkan pada sebuah titik (spot), dalam hal ini tembok warna putih, maka kita kan mendapatkan warna merah. Begitu juga dengan warna hijau dan biru. Jika kita menyalakan 2 lampu dan mengarahkannya pada spot yang sama (merah dan biru) maka kita akan menghasilkan warna magenta (merah muda). Begitu juga dengan kombinasi warna yang lainnya.

Merah + biru = magenta (merah muda)
Merah + hijau = kuning
Biru + hijau = cyan (biru muda)

Tetapi bagaimana sebuah monitor dapat menghasilkan 16 juta warna hanya dengan kombinasi ketiga lampu ini? Baiklah, kita gali lebih dalam…

RGB menggunakan 3 buah warna atau channel. Dengan mengatur kombinasi antara ketiga unsur ini kita akan mendapatkan sebuah warna. Jangan lupa bahwa tingkat intensitas lampu (channel) juga memainkan peranan penting. Intensitas ini di tandai dengan angka 0 sampai 255. (0 artinya lampu/channel dimatikan, sedangkan 255 lampu dinyalakan dengan kekuatan penuh) Angka ini juga dikaitkan dengan tingkat gradasi abu-abu yang sangat berkaitan dengan tonal range*. Nilai dari tiap piksel antara 0 (hitam) sampai 255 (putih).

Perhatikan contoh dibawah ini:
Merah dengan tingkatan intensitan mulai dari 0 – 255
Biru dengan tingkatan intensitan mulai dari 0 – 255
Hijau dengan tingkatan intensitan mulai dari 0 – 255


RGB menggunakan 3 warna atau channel pada monitor. 3 channel ini diterapkan pada 24 bit  (8 bit x 3 channel) informasi per piksel. Dengan menggunakan 24 bit, maka monitor atau display tersebut dapat menghasilkan 255 tingkat pencahayaan tiap-tiap channel (lampu). Dan dapat menghasilkan 255 x 255 x 255 = 16 juta warna.

*Bagian yang bikin bingung

Sumber :
Erik Reinhard, Erum Arif Khan, Ahmed Oguz Akyüz, &Garrett M. Johnson (2008). Color Imaging: Fundamental & Applications, A.K Peters Ltd

Sekilas tentang Level


Ini adalah salah fitur yang paling digdaya pada photoshop. Saudara kembarnya yang lebih kuat lagi disebut dengan curve. Fitur level ini nyaris menguasai 50% editing utama dalam post processing. Karena kemampuannya yang bagus dalam mengatur pemetaan tonal pada tonal range fitur ini menjadi andalan utama dalam oldig.

Level adalah suatu fitur pada photoshop yang digunakan untuk memindahkan dan merenggangkan tingkatan brightness pada sebuah histogram. fungsi utama dari level adalah mengatur brightness, contrast, dan tonal range dengan menggeser slider pada bagian hitam (shadow), putih (highlight), ataupun mid-tone. Setiap foto memiliki ciri khas tersendiri pada histogramnya. Sehingga tidak ada angka pasti dalam menggeser slider tersebut.

Level juga dapat diartikan sebagai kendali untuk menggeser tonal shadow, hightlight, dan tonal rata-rata secara mandiri. Dengan menggeser slider yang sesuai dengan “rasa” yang yang dilihat pada image dan menggunakan histogram sebagai referensi. Dalam level ini ada juga beberapa besaran (nilai) yang dapat dimasukkan untuk mengetahui batasan pergeseran tonal. Tetapi angka ini tidak mutlak, toh mata kita uga yang digunakan untuk menentukan batasan tersebut.


Perhatikan ketiga kotak merah diatas.
  1. Slider Shadow (slider ini mengatur area gelap yang ada pada image, menggeser slider shadow tidak akan mempengaruhi area terang pada image)
  2. Slider Gamma (slider ini mengatur gamma pada image, sehingga kontras pada image dapat diatur dengan menggunakan slider ini)
  3. Slider Highlight (digunakan untuk mengatur area terang pada image, mengatur area ini tidak akan mempengaruhi area gelap pada image)


Output level (ente liat bagian Dialog Box Level yang ada gambarnya gradasi dari hitam ke putih) berfungsi sebagai pembatas output shading yang akan dihasilkan oleh pergeseran slider. Misalnya kita menentukan shadow = 40 dan highlight = 220. Jika kita menggeser slider shadow dan highlight seberapapun jauhnya, image tersebut hanya memiliki batasan gelap = 40 dan batasan terang 220 (untuk hitam atau gelap total nilai shadow harus 0, untuk putih atau terang sempurna nilai highlight harus 255).

Jika kita melakukan editing foto/image yang memiliki bit depth rendah dan menggunakan level untuk menaikkan kontras, maka selalu ada kemungkinan foto tersebut akan mengalami posterize. Jadi, selalu tetapkan batasan sampai sejauh mana penggeseran slider pada level tersebut.

Sumber :
Peter Bauer (2007). Adobe Photoshop CS3 for Dummies, Wiley Publishing Inc.
Martin Evening & Jeff Schewe (2011), Adobe Photoshop CS5 for Photographers: The Ultimate Workshop, Focal Press


Jumat, 29 Maret 2013

Follow Your Dream (Wallpaper)


Follow Your Dream (1366 x 768 pixel)

Sekilas Tentang Layer


Layer adalah lapisan elemen yang terdapat pada sebuah image. Layer dapat mengatur tiap-tiap elemen tanpa menggangu elemen yang lainnya. Analoginya adalah layer seperti sebuah halaman transparan pada sebuah buku. Kita bisa mengedit salah satu halaman dan melihat hasilnya tanpa mengganggu halaman yang lainnya. Susunan layer juga dapat diubah sesuai dengan urutan yang kita inginkan.


Untuk mengatur layer kita dapat melihat layer palette yang terletak pada sisi kanan bawah paa phstoshop. Layer palette terdiri dari daftar layer yang terdapat pada sebuah image.

A. Layers palette menu
B. Layer set
C. Layer
D. Layer thumbnail
E. Layer effect

Layer tidak hanya berisi diplikasi image atau image yang dimasukkan kedalam file yang kita edit. Tapi kadangkala layer tersebut berisi setting warna yang kita masukkan untuk memodifikasi warna atau tone yang ada pada layer dibawahnya. Layer jenis ini dapat memperbaiki atau merubah tone warna tanpa merusak layer asli (non-destructive layer). Keuntungannya adalah kita dapat mengubah setting kapanpun kita mau. Jika hasilnya tidak bagus maka settinga tersebut dapat diganti.

Jenis layer yang lain adalah smart object layer. Layer ini dapat mengubah atau mentranformasi obyek tanpa merusak kualitas obyek. Dengan mengubah layer menjadi smart obyek, kita dapat mengaplikasikan smart filter. Tentu poin utamanya adalah mengaplikasikan filter tanpa merusak obyek utama atau layer sebelumnya.

Urutan layer gambar diatas adalah:
1. Smart layer dengan smart filter
2. Fill adjustment layer (curve)
3. Fill adjustment layer (black and white)
4. Background

Setiap kita menggunakan fasilitas Copy Paste pada Photoshop maka obyek yang dipaste akan ditampakkan dalam layer baru. Setiap obyek, shape, mupun teks yang dipaste atau dibuat dalam image dapat diedit. Untuk teks pengeditan akan melewati tahap Rasterisasi. Pada palette layer cari teks yang sama dengan teks yang telah anda buat kemudian klik kanan dan pilih Rasterize Layer.

Untuk mengulas layer lebih dalam tunggu posting selanjutnya yah...

Bit Depth


Bit depth adalah istilah untuk menentukan banyaknya jenis warna dalam color palette yang dijabarkan dengan data yang berisi bilangan biner 0 dan 1. Setiap warna digital yang dihasilkan oleh sebuah image ditentukan oleh kombinasi dari ketiga warna primer merah, biru, dan hijau (RGB). Setiap warna primer sering diklasifikasikan sebagai channel dan memiliki intensitas nilai yang ditentukan dari bit depth (kedalaman warna). Bit depth diartikan sebagai banyaknya data yang ada dalam satu channel. Sedangkan bits per pixel (bpp) berarti jumlah total bits (data) yang ada pada ketiga channel. Bpp lebih merepresentasikan total warna yang tersedia pada tiap pixel.

Setiap warna yang dihasilkan oleh kamera digital memiliki kedalaman 8 bit per channel. 8 bit disini dapat diartikan setiap channel memiliki 8 digit angka yang terdiri dari angka 0 dan 1 (contoh :  11001001). Dengan 8 kombinasi ini, maka setiap channel dapat merepresentasikan 2 atau 256 tingkat gradasi warna. Dan jika dikombinasikan antara ketiga channel tersebut maka dengan 8 bit dan 3 channel, setiap piksel dapat menampilkan warna sebanyak 16.777.216 warna yang berbeda. Hal ini dikenal dengan istilah “True Color”.


 

Agar lebih mudah perhatikan perumpamaan ini. Untuk 1 bit hanya memiliki 2 warna (gradasi) hitam dan putih. Untuk 2 bit memiliki 4 warna (gradasi) hitam, abu-abu gelap, abu-abu terang, dan putih. Untuk 4 bit memiliki 16 gradasi. Hitam, 14 gradasi abu-abu, dan putih. Begitu seterusnya. Jadi semakin besar bit per channel maka gradasi image juga akan semakin halus. Perhatikan contoh gradasi warna yang memiliki kedalaman dan jumlah warna yang berbeda.

Sumber  :
Cambrigdeincolour.com

Shading atau Gradasi


Shading atau gradasi adalah tingkatan peralihan gelap terang pada sebuah warna.  Dalam RGB shading ditentukan oleh sebuah nilai atau value. Nilai 0 untuk warna gelap (shadow) atau nilai 255 untuk warna terang highlight.

Dalam sebuah image yang menggunakan 8 bit per channel, tingkat gradasi warnanya memiliki 256 tingkatan. Sedangkan image dengan 12 bit per channel memiliki 4096 tingkat gradasi. Jadi, semakin banyak bit yang dimiliki oleh sebuah channel maka akan semakin halus perubahan tingkatan warnanya. Agar lebih jelasnya perhatikan shading gambar untuk grayscale  dibawah ini.


Pada gradasi grayscale diatas, terdapat 2 image yang memiliki tingkatan atau jumlah gradasi yang berbeda. Untuk lapisan atas hanya memiliki 32  tingkatan gradasi untuk bit depth 5 bit per channel. Sedangkan untuk lapisan kedua memiliki 256 tingkat gradasi dengan bit depth 8 bit per channel. Image kelihatan beda jauh, toh? Dengan memiliki bit depth yang banyak, maka semakin banyak juga data yang dimiliki oleh tingkatan gradasi tersebut, dan semakin halus juga tingkat peralihan antara satu warna ke warna yang lain.



Banyaknya shading dalam sebuah image sangat membantu menghindari terjadinya posterize (peralihan warna yang melompat secara tiba-tiba). Dengan banyaknya data yang terdapat pada sebuah image maka akan semakin besar juga ukuran filenya.

Sumber :
Andrew Rodney (2005). Color Management for Photographers, Focal Press.
Joseph Ciaglia, Barbara London, John Upton, Ken Kobre, Betsy Brill & Peter Kuhno (2004). Absolute Beginner’s Guide to Digital Photography, Que Publishing.

Kamis, 28 Maret 2013

JPEG, TIFF, atau RAW?


JPEG merupakan kependekan dari Joint Photographic Expert Group. JPEG merupakan format standar yang dipake buat simpan image dalam hampir semua kamera digital (meskipun kamera SLR sudah dilengkapi dengan fomat penyimpanan yang lainnya). JPEG juga dipake sebagai  format standar yang digunakan untuk tampilan fotografi ato website. JPEG punya ukuran yang lebih kecil dari format lain yang sejenis. Hal yang paling menonjol pada JPEG adalah fleksibelitasnya. Ukuran JPEG yang kecil didapat dengan melakukan kompresi pada warna yang ditampilkan pada image tersebut. kompresi inilah yang menjadi faktor utama yang mengakibatkan sebuah image kehilangan detail warna maupun tonal.

TIFF merupakan kependekan dari Tagged Image File Format. TIFF memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari JPEG baik itu terkompresi maupun tidak terkompresi. TIFF bisa punya bit depth 16 bit per piksel ato juga 8 bit per piksel. Format TIFF dapat simpan image dalam bentuk layer. Dengan punya bit depth yang lebih besar dari JPEG, TIFF dapat diolah dengan menggeser nilai exposure tanpa menimbulkan efek posterize. Kamera SLR umumnya memiliki fitur penyimpanan dalam format TIFF. Tetapi dengan menggunakan jenis file ini, jumlah file yang disimpan akan menjadi lebih sedikit.

RAW adalah image yang langsung didapat dari sensor pada sebuah kamera digital. File ini disebut dengan RAW karena image langsung didapat dari sensor dan tidak dapat dilakukan proses printing tanpa melakukan olah digital (RAW, ing: mentah). Image ini adalah image yang paling murni dan tanpa mengalami kompresi pada kamera digital. Jenis file yang lain (TIFF dan JPEG) sudah mengalami proses kompresi pada kamera). File ini sering disebut dengan digital negative, karena sifatnya sama seperti film negative yang terdapat pada foto analog (kamera yang menggunakan rol film). File jenis ini memiliki rentang warna yang paling luas dari kedua file diatas. Sehingga exposure, white balance, tonal range, kontras, satirasi, warna, dan pencahayaan dapat dikalibrasi tanpa merusak gradasi dan tanpa menimbulkan efek posterize. Dapat diartikan file ini menangkap hampir seluruh spektrum warna dan karakteristik pencahayaan pada saat proses pengambilan image. Tapi mengolah file RAW, susahnya minta ampun. Karena tonal dan cakupan warnanya lebih luas.


Penggunaan RAW pada proses olah digital memerlukan kejelian dalam mengatur setiap aspek pada image tersebut. Dalam proses olah digital dengan RAW seringkali mendapati alur kerja (workflow) yang sangat ruwet. Tidak hanya itu kamera SLR juga memiliki nama yang berbeda untuk setiap image yang berjenis RAW (CR2 pada Canon atau NEF pada Nikon). Yang mengakibatkan tidak semua program aplikasi dapat membuka file tersebut. sehingga dapat menimbulkan resiko penyimpanan file dalam bentuk RAW karena file tersebut belum memiliki proses standarisasi. DNG adalah image jenis RAW yang dikembangkan oleh Adobe yang digunakan dalam fotografi digital. Dalam sebuah DNG image RAW dikemas bersama data-data yang lain seperti xmp, exif, dan data penunjang yang lain. Fungsi utama dari DNG adalah menjembatani kekurangan file RAW sehingga support dengan segala jenis RAW yang hasilkan oleh berbagai jenis kamera digital. DNG membuat alur kerja menjadi lebih efisien sehingga mengurangi resiko kerusakan image akibat proses olah digital.

4 Blending Mode Utama


1364473403803591528

Photoshop memiliki banyak layer blending style yang dapat diterapkan pada sebuah layer. Untuk pemula memang fitur ini sedikit mengintimidasi karena ngga’ tau fungsi-fungsinya buat apa. Bahkan hal yang lebih buruk pun bisa terjadi, seperti scroll satu persatu untuk mengetahui blending mode mana yang sesuai dengan foto yang akan kita edit. Benar-benar membuang waktu. Memang untuk belajar tidak masalah mencoba satu persatu fungsi dari blending mode tersebut. tetapi jika dihadapkan pada komersialisasi, waktu merupakan hal yang paling krusial dalam edit foto. Ingat, konsumen tidak suka menunggu.

Ada 4 jenis blending utama yang harus diketahui. Empat blending ini memiliki karakter tersendiri. Jadi tidak perlu khawatir pada blending mode lainnya (untuk saat ini). Dan empat blending mode itu adalah :

Multiply, fungsi blending ini adalah menggelapkan area image. Dapat dikatakan blending jenis ini menurunkan nilai tonal (histogram banting stir kekiri). Foto yang menggunakan blending ini akan terlihat gelap, terutama untuk warna merah, hijau, dan biru. Multiply dapat juga digunakan untuk meringankan gejala overexposure. Meskipun dalam beberapa kasus multiply tidak dapat berbuat banyak.

Screen, adalah kebalikan dari multiply. Fungsi blending ini menaikkan nilai tonal (histogram rata kanan). Foto dengan blending ini akan terlihat lebih terang. Dalam beberapa kasus foto yang menggunakan blending ini terkesan washed out. Screen juga dapat digunakan untuk memperbaiki tonal foto undexposure.

Overlay dan softlight, fungsi kedua blending ini memang sama yaitu meningkatkan kontras pada sebuah image. Cara kerjanya adalah menurunkan shadow dan menaikkan nilai highlight sekaligus mendongkrak sedikit ketajaman warna. Kedua blending ini dapat digunkan untuk memperbaiki nilai kontras sebuah image. Perbedaan kedua blending ini adalah overlay memiliki karakteristik lebih intens dari softlight. Dengan menggunakan ovelay, image akan terkesan lebih dramatis dan berkarakter.
Jadi sebelum memulai percobaan memilih blending mode satu persatu, setidaknya coba salah satu dari keempat blending utama ini. Satu langkah dan semua selesai


Sumber :
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/03/28/4-blending-mode-yang-harus-diketahui-541224.html

Sekilas tentang Layer


Layer adalah lapisan elemen yang terdapat pada sebuah image. Layer dapat mengatur tiap-tiap elemen tanpa menggangu elemen yang lainnya. Analoginya adalah layer seperti sebuah halaman transparan pada sebuah buku. Kita bisa mengedit salah satu halaman dan melihat hasilnya tanpa mengganggu halaman yang lainnya. Susunan layer juga dapat diubah sesuai dengan urutan yang kita inginkan.



Untuk mengatur layer kita dapat melihat layer palette yang terletak pada sisi kanan bawah paa phstoshop. Layer palette terdiri dari daftar layer yang terdapat pada sebuah image.


A. Layers palette menu
B. Layer set
C. Layer
D. Layer thumbnail
E. Layer effect

Layer tidak hanya berisi diplikasi image atau image yang dimasukkan kedalam file yang kita edit. Tapi kadangkala layer tersebut berisi setting warna yang kita masukkan untuk memodifikasi warna atau tone yang ada pada layer dibawahnya. Layer jenis ini dapat memperbaiki atau merubah tone warna tanpa merusak layer asli (non-destructive layer). Keuntungannya adalah kita dapat mengubah setting kapanpun kita mau. Jika hasilnya tidak bagus maka settinga tersebut dapat diganti.

Jenis layer yang lain adalah smart object layer. Layer ini dapat mengubah atau mentranformasi obyek tanpa merusak kualitas obyek. Dengan mengubah layer menjadi smart obyek, kita dapat mengaplikasikan smart filter. Tentu poin utamanya adalah mengaplikasikan filter tanpa merusak obyek utama atau layer sebelumnya.


Urutan layer : 
1. Smart layer dengan smart filter
2. Fill adjustment layer (curve)
3. Fill adjustment layer (black and white)
4. Background

Setiap kita menggunakan fasilitas Copy Paste pada Photoshop maka obyek yang dipaste akan ditampakkan dalam layer baru. Setiap obyek, shape, mupun teks yang dipaste atau dibuat dalam image dapat diedit. Untuk teks pengeditan akan melewati tahap Rasterisasi. Pada palette layer cari teks yang sama dengan teks yang telah anda buat kemudian klik kanan dan pilih Rasterize Layer.

Sumber : 

Adobe Photoshop CS3 Extended Help Menu
Martin Evening & Jeff Schewe (2011), Adobe Photoshop CS5 for Photographers: The Ultimate Workshop, Focal Press

Memahami Histogram


Histogram adalah sebuah grafik yang menampilkan gelap terang (exposure) sebuah warna. Grafik?! Jangan panik dulu. Kita tidak membahas tentang persamaan atau matematika disini. Kita akan membaca sebuah grafik yang mejelaskan tentang distribusi exposure pada sebuah foto digital.

Sebuah histogram dapat menunjukkan pada kita seberapa banyak warna gelap pada image, seberapa banyak kandungan warna cerah pada image, dan seberapa banyak warna yang berada diantara warna cerah dan gelap. Terkadang ada sebuah foto yang terlihat tampak “datar”. Sehingga subyek utama dalam foto tersebut tidak tampak menonjol. Hal ini dikarenakan nilai kecerahan sebuah warna tertentu tidak terlihat dengan jelas. Histogram dapat menunjukkan pada kita masalah yang terdapat pada sebuah image. Baik itu kontras, kecerahan, dan distribusi warna gelap dan terang pada sebuah image atau foto digital.

1341993792455487538

13419939042092371680

Histogram yang dibahas disini menggunakan program aplikasi Adobe Photoshop CS. Meskipun pada program yang lain juga memasukkan fitur histogram (seperti Photoshop Elements, Adobe Lightroom, the Camera Raw plug-in,dan lain-lainnya). Histogram mulai dimasukkan pada window docker di Adobe Photoshop CS (PS 8). Untuk versi dibawahnya dapat menggunakan Image > Adjusment > Level dalam menampilkan histogram.

Setiap monitor (baik itu LCD, CRT, ataupun yang lainnya) pada umumnya menggunakan sistem warna RGB (Red, Green, Blue). Dan setiap warna pada sistem tersebut menggunakan kombinasi angka untuk menentukan nama warna atau tone (Merah, Kuning, Hijau, dilangit yang Biru). Angka tersebut selain menunjukkan nama warna juga menunjukkan gelap terangnya warna tersebut. contohnya :
Pada exposure sebuah foto digital, pure black (bagian paling gelap pada foto) ditandai dengan anggka 0. Sedangkan pure white (bagian paling terang) ditandai dengan angka 255. Pada paragraf ini kita hanya membahas rentang warna yang lebih sempit. Jadi hati-hati, jangan tercampur dengan warna lain-lainnya. Bayangkan sebuah foto BW yang hanya memiliki warna putih, deket abu-abu, abu-abu, deketnya hitam, dan hitam. Jadi tidak ada warna pelangi atau balon disini. jadi hanya mengacu pada pencahayaan (pemerataan exposure, baik itu highlight, midtone, ataupun shadow)
Bentuk histogram itu seperti ini

13419930451523375179

Perhatikan grafik yang ada disebelah kiri…ah maaf, maksud saya kanan (maaf, mata saya selalu terseret kearah kiri). Pada grafik tersebut terlihat bahwa bagian kiri yang ada dalam kotak warna biru, ada titik yang melonjak keatas. Ini menandakan bahwa pada foto tersebut memiliki bagian gelap yang masuk ke warna hitam (pure black, bagian tergelap dari foto). Dan untuk bagian grafik kanan yang terdapat dalam kotak warna kuning, terdapat tidak ada lonjakan yang terlalu tinggi. Ini menandakan pada foto tersebut tidak terlalu banyak distribusi warna terang (pure white, bagian paling terang). Dan untuk bagian tengah yang terdapat dalam kotak warna merah adalah bagian abu-abu (bagian antara gelap dan terang), distribusi exposure_nya pun merata.

Agar lebih jelasnya, perhatikan gambar dibawah ini, pada gambar tersebut ditunjukkan distribusi dan letak exposure tersebut pada grafik

1341993201998462180

Jika sebuah foto memiliki banyak bagian gelap maka grafiknya akan condong ke kiri:

13419932921972460531

Begitu pula sebaliknya jika foto tersebut memiliki bagian terang yang banyak maka histogramnya akan berbentuk seperti ini:

1341993390602957200

Sedangkan foto yang memiliki penyebaran exposure yang merata akan terlihat seperti dibawah ini:

1341993542800664892

Foto yang mengalami overexposure dan underexposure, akan terdapat bagian yang kosong pada grafik. Sehingga foto teresebut akan terlihat kusam atau silau. Hal ini dikenal dengan istilah black/white clipping. Artinya pada bagian grafik tersebut tidak ada informasi cahaya atau warna bagian piksel tersebut.

13419935972974157

1341993691634923438

Dengan mengetahui bentuk histogram kita bisa mengetahui pemetaan exposure pada sebuah foto digital. Jika foto tersebut harus mengalami perbaikan tonal atau level, maka kita langsung bisa mengidentifikasi tindakan yang akan dilakukan. Dengan menggunakan pengaturan kontras, kurva exposure, dan level kita bisa merubah bentuk-bentuk histogram sesuai dengan keinginan kita.

Sumber :
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/07/11/histogram-jurus-rahasia-yang-wajib-bagi-fotografer-470651.html

Jalan Pintas ke Low-Key



Untuk artikel kali ini saya akan memberikan trik yang sangat mudah dan sederhana. Trik ini berfungsi dengan sempurna di foto yang berjenis low-key. Jika anda tidak memiliki DSLR dan hanya memiliki pocket camera, sekaligus ingin membuat foto low-key yang yahud, pakai trik ini. Teknik sederhana ini hanya memerlukan 2 langkah. Perhatikan, DUA LANGKAH saja. Yang pertama menggandakan layer dan kedua mengganti blending mode layer tersebut. Anda tidak perlu menggunakan Photoshop CS5 untuk mengaplikasikannya. Adobe Photoshop CS pun dapat menerapkan trik ini.

Well, let’s hit it. Contoh, saya menggunakan foto sebuah lampu pijar yang diberi pencahayaan dari bawah. Foto ini diambil dengan menggunakan kamera telepon genggam yang berkekuatan 8 Mp. Terlihat kalau foto ini benar-benar tidak bagus. Tone, contrast, saturasi juga tidak mantap. Foto seperti ini biasanya tidak digunakan. Tapi kita masih bisa memperbaikinya. Langkahnya seperti ini. Buka foto di Adobe Photoshop. Langkah pertama gandakan layer dengan menggunakan perintah Layer > Duplicate Layer (atau dengan menekan ctrl+j untuk windows). Langkah kedua ganti blending mode untuk layernya menjadi overlay. Voila! Selesai.

Teknik ini sebenarnya merupakan jalan pintas dari pengaturan contrast, brightness, dan level (pencahayaan) pada sebuah foto. Jika menggunakan manual, anda harus mengatur 3 jenis setting. Tetapi dengan menggunakan teknik ini, anda hanya memerlukan 2 langkah sederhana. Cara kerja overlay adalah menaikkan kontras (perbedaan gelap terang) secara signifikan dan mengatur secara otomatis pencahayaan pada foto tersebut. Sehingga akan menghilangkan warna “keruh” pada foto dan membuang black clipping nya (black/white clipping akan membuat sebuah foto menjadi under exposure atau over exposure)

13485368732003107486

13485369352045754088

Teknik ini juga bisa diterapkan pada foto yang bukan berjenis low-key. Jika warna yang ditimbulkan memiliki kontras dan saturasi terlalu tinggi, maka anda hanya perlu mengatur opasitas layer yang anda gandakan tadi.


1348537012400567101

13485370751330870581

N.B
Bagi yang belum tahu letak overlay, lihat gambar dibawah ini. Perhatikan kotak merah bernomor 2. Itu yang namanya blending mode.

13485371111843793642

Dan untuk foto yang pertama, ini foto aslinya

13485371631332966601

Sumber : 
http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/25/jalan-pintas-ke-low-key-489936.html

Watermark pada Foto Digital


Sebenarnya saya adalah orang yang tidak suka memberikan sebuah watermark pada foto yang saya buat. Karena perasaan saya waktu memberi watermark pada karya yang saya buat seperti memberi tetesan tinta pada sebuah gambar teknik yang ada pada kertas kalkir (yang pernah bergelut pada dunia teknik pasti paham perasaan ini). Kadang-kadang sebuah mood pada sebuah foto dapat berubah total karena watermark. Ataupun kekaguman pada sebuah foto dapat berkurang karena kehadiran watermark. Tapi kita hidup dalam dunia yang menggunakan world wide web, maka mau tak mau watermark harus dicantumkan demi melindungi credit pembuat foto. Dengan berat hati rasanya.

Meskipun pada sebuah foto terdapat watermark, kenyataannya watermark tersebut dapat dihapus. Seorang photoshop specialist bisa menghapus watermark dengan mudah. Kalaupun ada yang ingin menghapus watermark yang anda buat, buat watermark anda sulit untuk dihapus. Seperti serdadu Jepang yang mempertahankan pulau Tarawa pada Perang Dunia 2. Jika harus mati, jual nyawa semahal-mahalnya dengan mencabut sebanyak mungkin nyawa serdadu Amerika. Banzaaaiii..!!! (ehmm, maaf saya terbawa suasana)

13608168581528594535

Ada beberapa hal yang saya lakukan untuk meletakkan watermark pada sebuah foto digital saya. Mungkin sedikit membantu. Here we go :

1360816925561839920

(proses cropping image untuk menghilangkan watermark)
1. Letakkan watermark ditempat yang banyak patternya pada sebuah foto. Karena cukup sulit untuk menghilangkan watermark tanpa merusak pattern pada foto tersebut.
2. Jangan letakkan watermark pada area dimana watermark tersebut dapat dibuang dengan proses cropping.
3. Buat watermark yang unik sesuai dengan tipemu.
4. Meletakkan watermark pada foto yang hanya memiliki sedikit jenis tone akan sangat mudah dihilangkan. Dengan tool stamp pada photoshop, hal ini dapat dilakukan dengan mudah. Bahkan photoshoper amatirpun dapat mudah melakukannya.
5. Jangan mengupload foto asli. Pastikan anda memiliki file asli dengan format awal foto tersebut dibuat (RAW, NEF, CR2, TIFF, PSD atau JPEG asli). Kecuali anda memang ‘menggratiskan’ foto tersebut.
6. Pastikan anda memiliki data exif foto tersebut. Jika harus beradu argument dengan orang yang mengaku-aku foto anda posisi anda lebih kuat.
7. Saya selalu menghapus semua data exif pada foto yang saya buat. Terkecuali jika memang beberapa parameter yang akan saya cantumkan seperti shutter speed, aperture, ISO, dan jenis kamera.
8. Yang terakhir, tapi tak kalah penting. Jika tidak ingin foto anda dicuri : JANGAN DIUNGGAH!!

13608169751553009710

(boleh juga, sulit dihapus atau dipotong, tetapi kayanya terlalu berlebihan)

Itulah beberapa hal yang saya lakukan. Mungkin tidak banyak membantu, tetapi layak untuk saya coba. Tetaplah berkarya selalu respect dengan karya orang lain.

sumber : 


Prakata

Dalam era fotografi digital sekarang ini aplikasi pengolahan foto digital banyak sekali ditemukan dipasaran. Baik itu yang level ringan seperti photoscape, dustkleen, photo impact, sampai ke level berat seperti Adobe Photoshop, Adobe Lightroom, atau Corel PhotoPaint. Mulai dari yang gratis sampai yang berbayar. Mulai dari yang murah sampai yang paling mahal (sampai tak terbeli).  Sedangkan untuk pengolahan foto digital saya lebih cenderung menggunakan Adobe Photoshop dan Adobe Lightroom. Tetapi untuk kali ini kita akan gunakan Adobe Photoshop. Dalam buku ini saya gunakan Adobe Photoshop CS3. Tetapi jika anda punya Photoshop versi yang lain silahkan dipakai. Hanya sedikit berbeda difiturnya. Untuk konsep dasarnya, semua sama.

  Yang saya sukai dalam Photoshop adalah tidak ada patokan yang pasti dalam sebuah besaran di Photoshop. Kamu bisa memasukkan nilai apapun dalam sebuah besaran. Misalnya anda menambahkan +20 untuk menaikkan kontras. Tetapi saya lebih suka pada angka +15 untuk foto yang sama. Jadi +20 atau +15? tidak ada masalah mau yang mana. Jika suka, pakai saja. Tetapi yang paling penting adalah harus mengetahui fungsi dari setiap tools yang akan digunakan. Karena dengan memahami konsep dasarnya, kita akan lebih mudah menemukan jalan untuk membuat post processing.